dunia maya-Hampir semua negara di dunia punya peristiwa kelam dalam sejarahnya. Jika Indonesia punya peristiwa G30S/PKI tahun 1965 yang pahit, namun selalu menjadi bagian sejarah bangsa.
Begitu juga dengan Taiwan, Tanggal 28 Februari 1947 adalah hari dimana sebuah peristiwa berdarah akan dikenang untuk menjadi pelajaran menuju bangsa yang maju, demokratis dan bersatu.
Sejarah
Setelah perang dunia II berakhir pada tanggal 15 Agustus 1945, maka berakhir pula kependudukan Jepang terhadap Taiwan. Taiwan kemudian dikembalikan kepada Cina.
Pada tahun 1945 di bawah perintah MacArthur, tentara Cina tiba di Taiwan, mereka menyambut dengan sangat antusias, ibarat menyambut kedatangan “orang tua” yang telah lama diidam-idamkan, akhirnya harus kecewa, karena keburukan sistem pemerintahan yang ada, ditambah lagi dengan merosotnya perekonomian negara dan semakin meningkatnya masalah keamanan masyarakat.
Jepang memerintah Taiwan selama 50 tahun. Pada tahun 1895 ketika tentara Jepang tiba, ada oposisi yang tidak teratur dan tidak efektif ke Jepang, tapi selama 50 tahun, tidak ada penolakan besar-besaran untuk pemerintahan Jepang, hanya insiden sporadis kecil terutama di daerah asli.
Kronologi Peristiwa 228
Pada tanggal 27 Februari 1947, biro penjualan khusus mendapatkan seorang janda beranak dua bernama Lin Jiang Mai yang menjual rokok secara gelap di salah satu jalan di Taipei, seluruh barang dagangan dan harta bendanya disita oleh para petugas tadi.
Lin yang membesarkan dua orang anaknya sendirian berlutut memohon kepada para petugas untuk tidak menyita harta bendanya karena beban ekonomi yang berat, salah satu inspektur memukul kepalanya dengan pistol, menyebabkan Lin jatuh ke tanah dan terjadi pendarahan dari kepalanya, peristiwa ini mengundang perhatian dan kemarahan masyarakat sekitar yang kemudian berkerumun di sekitar lokasi serta mempertanyakan keabsahan penggunaan kekerasan terhadap sang ibu.
Dalam kondisi kelabakan, salah satu petugas, Fu Hsuehtong melepaskan tembakan peringatan ke udara, sialnya salah satu tembakan terkena seorang warga sipil yang berdiri menjadi penonton peristiwa tersebut, yakni Chen Wen Tsi.
Warga yang marah kemudian mengepung kantor polisi pada malam harinya meminta supaya Fu dihukum. Namun permintaan ini tidak ditanggapi oleh kepala kepolisian yang ingin melindungi sang bawahan.
Pagi tanggal 28 Februari, datanglah rombongan masyarakat yang dipenuhi dengan emosi ke kantor biro penjualan khusus. Tanpa diduga aparat keamanan setempat malah melepaskan tembakan kearah para demonstran, dan 10 orang aktivis meninggal dunia saat itu juga. Rombongan aktivis yang terdiri dari para anak muda dan masyarakat segera mendatangi stasiun radio Taiwan (Kini menjadi Gedung 228), dan memberitakan peristiwa yang terjadi, bahkan mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan aksi protes. Oleh sebab itu kerusuhan menyebar dengan sangat cepat dan terjadi berbagai aksi bentrok antara paduan pelajar, anak muda, masyarakat dengan aparat keamanan pemerintah.
Lebih lanjut pada tanggal 1 hingga 5 Maret, dibentuk komite penyelesaian kasus 228 oleh senator dan tokoh politik pemerintah Guo Ming, dimana komite ini bertujuan untuk melakukan negosiasi dengan ketua pelaksana Chen Yu di Taiwan, termasuk diantaranya perubahan sistim pemerintahan. Diatas kertas Chen Yu menyetujui perubahan tersebut, namun secara diam-diam meminta bantuan dari Nanqing untuk mengirimkan pasukan darurat ke Taiwan.
Tanggal 7 Maret, komite penyelesaian kasus 228 mengumumkan keputusan “42 permintaan”, termasuk diantaranya perubahan sistim pemerintahan, penggunaan orang Taiwan dalam angkatan bersenjata darat dan laut. Namun Chen Yu membalikkan janjinya karena mengetahui bahwa bantuan pasukan darurat akan segera tiba.
Dan pada tanggal 8 Maret, saat pasukan darurat tiba di pelabuhan Keelung, segera melakukan pembantain terhadap masyarakat setempat tanpa pandang bulu. Warga setempat yang tewas dalam pembantaian itu mencapai angka hampir 30,000 orang. Dan inilah yang disebut sebagai “Insiden 228”.
Pada saat itu, penduduk di Taiwan adalah sekitar 6 juta, berarti setiap orang memiliki anggota keluarga, kerabat atau teman mereka terbunuh dalam pemberontakan ini, kecuali orang-orang yang melarikan diri ke negara lain dan seluruh generasi kepemimpinan, aktivis politik, dan pembangkang, semua ditangkapi dan dibasmi. Mereka yang melarikan diri ke luar negeri yakin bahwa Taiwan ditakdirkan kecuali memutuskan hubungan dengan China, Itu adalah ketika gerakan kemerdekaan Taiwan dimulai.
Setelah pemberontakan 228, maka Taiwan mulai dimasuki satu era yang penuh dengan tekanan dalam politik, yang dikenal dengan sebutan “Ketakutan Putih”. Era ini terus berjalan selama 20 hingga 30 tahun lamanya, dimana dalam situasi politik seperti itu, masyarakat tidak berani atau bahkan menghindari pembicaraan mengenai peristiwa 228. Hal pertama yang orang tua ajarkan pada anak-anak mereka adalah: jangan bicara tentang 228, tidak menyentuh politik, apalagi terlibat dalam politik.
Sekarang, Taiwan telah berkembang menjadi negara demokratis, masyarakat yang menyaksikan langsung peristiwa 228 dan juga melewati masa “Siap perang” yang kini telah memutih rambutnya. Kakek dan nenek yang masih hidup pasti menitikkan airmata bahagia saat menceritakan maupun setiap pelaksanaan peringatan peristiwa 228, mengingat kepada orang-orang berani yang mengorbankan hidup mereka, darah dan kebebasan untuk melanjutkan perjuangan tak kenal lelah mereka untuk demokrasi dan hak asasi manusia.
Begitu juga dengan Taiwan, Tanggal 28 Februari 1947 adalah hari dimana sebuah peristiwa berdarah akan dikenang untuk menjadi pelajaran menuju bangsa yang maju, demokratis dan bersatu.
Sejarah
Setelah perang dunia II berakhir pada tanggal 15 Agustus 1945, maka berakhir pula kependudukan Jepang terhadap Taiwan. Taiwan kemudian dikembalikan kepada Cina.
Pada tahun 1945 di bawah perintah MacArthur, tentara Cina tiba di Taiwan, mereka menyambut dengan sangat antusias, ibarat menyambut kedatangan “orang tua” yang telah lama diidam-idamkan, akhirnya harus kecewa, karena keburukan sistem pemerintahan yang ada, ditambah lagi dengan merosotnya perekonomian negara dan semakin meningkatnya masalah keamanan masyarakat.
Jepang memerintah Taiwan selama 50 tahun. Pada tahun 1895 ketika tentara Jepang tiba, ada oposisi yang tidak teratur dan tidak efektif ke Jepang, tapi selama 50 tahun, tidak ada penolakan besar-besaran untuk pemerintahan Jepang, hanya insiden sporadis kecil terutama di daerah asli.
Kronologi Peristiwa 228
Pada tanggal 27 Februari 1947, biro penjualan khusus mendapatkan seorang janda beranak dua bernama Lin Jiang Mai yang menjual rokok secara gelap di salah satu jalan di Taipei, seluruh barang dagangan dan harta bendanya disita oleh para petugas tadi.
Lin yang membesarkan dua orang anaknya sendirian berlutut memohon kepada para petugas untuk tidak menyita harta bendanya karena beban ekonomi yang berat, salah satu inspektur memukul kepalanya dengan pistol, menyebabkan Lin jatuh ke tanah dan terjadi pendarahan dari kepalanya, peristiwa ini mengundang perhatian dan kemarahan masyarakat sekitar yang kemudian berkerumun di sekitar lokasi serta mempertanyakan keabsahan penggunaan kekerasan terhadap sang ibu.
Dalam kondisi kelabakan, salah satu petugas, Fu Hsuehtong melepaskan tembakan peringatan ke udara, sialnya salah satu tembakan terkena seorang warga sipil yang berdiri menjadi penonton peristiwa tersebut, yakni Chen Wen Tsi.
Warga yang marah kemudian mengepung kantor polisi pada malam harinya meminta supaya Fu dihukum. Namun permintaan ini tidak ditanggapi oleh kepala kepolisian yang ingin melindungi sang bawahan.
Pagi tanggal 28 Februari, datanglah rombongan masyarakat yang dipenuhi dengan emosi ke kantor biro penjualan khusus. Tanpa diduga aparat keamanan setempat malah melepaskan tembakan kearah para demonstran, dan 10 orang aktivis meninggal dunia saat itu juga. Rombongan aktivis yang terdiri dari para anak muda dan masyarakat segera mendatangi stasiun radio Taiwan (Kini menjadi Gedung 228), dan memberitakan peristiwa yang terjadi, bahkan mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan aksi protes. Oleh sebab itu kerusuhan menyebar dengan sangat cepat dan terjadi berbagai aksi bentrok antara paduan pelajar, anak muda, masyarakat dengan aparat keamanan pemerintah.
Lebih lanjut pada tanggal 1 hingga 5 Maret, dibentuk komite penyelesaian kasus 228 oleh senator dan tokoh politik pemerintah Guo Ming, dimana komite ini bertujuan untuk melakukan negosiasi dengan ketua pelaksana Chen Yu di Taiwan, termasuk diantaranya perubahan sistim pemerintahan. Diatas kertas Chen Yu menyetujui perubahan tersebut, namun secara diam-diam meminta bantuan dari Nanqing untuk mengirimkan pasukan darurat ke Taiwan.
Tanggal 7 Maret, komite penyelesaian kasus 228 mengumumkan keputusan “42 permintaan”, termasuk diantaranya perubahan sistim pemerintahan, penggunaan orang Taiwan dalam angkatan bersenjata darat dan laut. Namun Chen Yu membalikkan janjinya karena mengetahui bahwa bantuan pasukan darurat akan segera tiba.
Dan pada tanggal 8 Maret, saat pasukan darurat tiba di pelabuhan Keelung, segera melakukan pembantain terhadap masyarakat setempat tanpa pandang bulu. Warga setempat yang tewas dalam pembantaian itu mencapai angka hampir 30,000 orang. Dan inilah yang disebut sebagai “Insiden 228”.
Pada saat itu, penduduk di Taiwan adalah sekitar 6 juta, berarti setiap orang memiliki anggota keluarga, kerabat atau teman mereka terbunuh dalam pemberontakan ini, kecuali orang-orang yang melarikan diri ke negara lain dan seluruh generasi kepemimpinan, aktivis politik, dan pembangkang, semua ditangkapi dan dibasmi. Mereka yang melarikan diri ke luar negeri yakin bahwa Taiwan ditakdirkan kecuali memutuskan hubungan dengan China, Itu adalah ketika gerakan kemerdekaan Taiwan dimulai.
Setelah pemberontakan 228, maka Taiwan mulai dimasuki satu era yang penuh dengan tekanan dalam politik, yang dikenal dengan sebutan “Ketakutan Putih”. Era ini terus berjalan selama 20 hingga 30 tahun lamanya, dimana dalam situasi politik seperti itu, masyarakat tidak berani atau bahkan menghindari pembicaraan mengenai peristiwa 228. Hal pertama yang orang tua ajarkan pada anak-anak mereka adalah: jangan bicara tentang 228, tidak menyentuh politik, apalagi terlibat dalam politik.
Sekarang, Taiwan telah berkembang menjadi negara demokratis, masyarakat yang menyaksikan langsung peristiwa 228 dan juga melewati masa “Siap perang” yang kini telah memutih rambutnya. Kakek dan nenek yang masih hidup pasti menitikkan airmata bahagia saat menceritakan maupun setiap pelaksanaan peringatan peristiwa 228, mengingat kepada orang-orang berani yang mengorbankan hidup mereka, darah dan kebebasan untuk melanjutkan perjuangan tak kenal lelah mereka untuk demokrasi dan hak asasi manusia.
Setiap kali diperingati pasti sedih ya mbak untuk indonesia kan sudah ditiadakan lagi g30spki
ReplyDeleteBetul apa yang dikatakan Jenx Indah,...
Deletehu'um jenk n kang sun,,,, :)
Delete(p)
Deletesedih juga sih kalau mengenang masa-masa kelam sejarah, betul apa yang dikatakan mbak jenx.
DeleteKalau di Sulsel ada peristiwa yang namanya KORBAN 40 ribu JIWA :)
ReplyDeletePost bermanfaat mbak Maya, jadi tau nih...
saya malah belum tahu
Deletegimana tu sejarahnya
Jadi nambah pengalaman nih, soalnya kalau menyangkut tentang sejarah aku tuh nol besar, he he...thanks, Mbak May, nice shared!
ReplyDeletenol nya sebesar apa kang?
Deletesejarah sangat kelambagi Taiwan...lebih mengerikan dari G 30 S PKI yang merupakan sebuah peristiwa yang sampe sekarang masih misterius kebenarannya...kalau 228 kan sangat jelas dan bukan rekayasa.
ReplyDeleteberdoa....untuk peristiwa 228 di Taiwan...berdo'a....mulai.
Bentar,glar tikar dulu! (p)
Deletehujan turun mas,,,,, :))
DeleteDibalik semua kejadian pasti ada hikmah nya trims sudah berbagi!
ReplyDeletesama-sama mas
Deletesungguh mengerikan, serupa dengan pembantaian di seluruh indonesia pasca G30S
ReplyDeleteiya mb,,,,, serupa sejarah kelam nya
Deletekisah sedih di hari rabu ;(
ReplyDeletehahahahaaha,,,, ada2 aja kang ucup ni
Deletekorbannya sampai 30.000 orang, aku jadi berpikir kenapa manusia bisa sebuas itu, membunuh sesama manusia, bahkan lebih buas dari hewan.... ;(
ReplyDeleteinsiden mas
DeleteWhew... saya penasaran awal mula dinamakan gedung dan peristiwa 228...
ReplyDeletekenapa ya bang?
DeleteMaksudnya sampe namanya 22b itu, nama dari mana ya May?
DeleteSadis banget peristiwa pembantaian tersebut ya.
ReplyDeleteiya cik,,,,, korban jiwa yg terlalu banyak
DeleteKorban sebanyak itu memang pantas untuk selalu di kenang agar hal tersebut tidak terulang kembali. Karena apa pun alasan pembantaian dan menghilangkan nyawa sebanyak itu dengan alasan apapun itu sudah merupakan kejahatan HAM.
ReplyDeleteSalam,
awal mula menjadi negara demokratis
Deleteperistiwa berdarah yang traumatis ya Mbak...pilu membayangkan orang dengan tega membantai orang lain...padahal sama-sama manusia loh...apa nggak dihantui rasa bersalah seumur hidup tuh orang ya? jadi ingat AQJ....apa hidupnya bakal tenang seumur hidup setelah menabrak sekian banyak orang hinggga tewas...walau dia nggak dijebloskan ke penjarapun, saya rasa dia akan dihantui rasa bersalah seumur hidup...
ReplyDeleteiya mb,,,,, masalah demo, sudah pasti bnyak korban jiwa
Deletesecara teritori china masih mengakuinya sebagai china daratan, sedangkan amrik sendiri tidak mau melepaskan begitu saja kepentingaannya di taiwan.
ReplyDeleteini akan menjadi polemik jika salah satu dari kedua negara yang aslinya satu negara mengadakan provokasi.
hanya saja beda pulau :)
Deletemungkin memang butuh proses menuju demokratis
ReplyDeletebetul sob
DeleteSemoga tidak ada lagi kejadian kejadian mengerikan seperti itu lagi ya :)
ReplyDeletemudah2an
Deletesaya paling tidak suka sejarah, soalnya flashback mulu :/
ReplyDeletehehehehehe,,,,
Deleteklo g flashback bukan sejarah dunk namanya
klo g flashback bukan sejarah dunk namanya :)
Deleteharus dobel ya mbak jawabnya :-d
Deleteserem yah ampe 30.000 pembantaian ni kalo skrng dituntut HAM kejahatan perang :-D
ReplyDeleteemang perang sob :)
DeleteTernyata Taiwan punya sejarah kelam juga..semoga tidak terulang kembali...makasih artikelnya, nambah wawasan
ReplyDeletesama2 mas :)
Deletewah terimakasih pelajaran sejarahnya mbak.... jujur saya saya kurang mengenyam bangku sekolahan, (bukan mengenyam makan lo ya) hehehe.
ReplyDeletejadi saya banyak yang kurang tau tentang sejarah.. hikz hikz hikz..
:-d :)) :-d
Deletewah terimakasih banyak mbak atas informasinya ya. Dan pelajaran sejarah di taiwan nih :)
ReplyDeletesama2 mb
Deletemakasih ka atas informasinya ;)
ReplyDeletesama2 kasih ka
DeleteSejarah entah itu manis ataupun pahit tetap menjadi sejarah yang harus dikenang, karena dengan sejarah kita menjadikan dunia sekarang dan masa depan lebih baik :)
ReplyDeletemudah2an untuk ke depannya
DeleteTernyata Taiwan punya sejarah kelam juga..semoga tidak terulang kembali...makasih artikelnya, nambah wawasan
ReplyDeleteHehehe saya bingung. hahaha
ReplyDeletekak mayaa, bikin postingan baru dong, aku ingin pertamax nih ;)
ReplyDeleteWah, baru tau yang beginian jadi nambah ilmu deh :D
ReplyDeleteTerimakasih banyak mbaa :)
wah sampai 30 ribu yang dibantai sunggu peristiwa yang kelam bagi negara Taiwan.
ReplyDeleteSejarah, beda orang beda cerita. Beda buku beda reality. Tapi jujur baru baca tentang 228nya taiwan (m)
ReplyDelete