Di sebuah kelas, seorang guru bertanya kepada murid-murid di hadapannya.
"Menurutmu, benda apa di dunia ini yang paling baik bagi manusia?"
Murid-murid tampak berpikir keras. Ada yang tatapannya menyapu seisi kelas, seolah mencari sesuatu. Ada yang bisik-bisik dengan teman sebangku. Dan ada yang tetap diam.
"Air, Pak Guru!" Jawab seorang anak tiba-tiba. "Kamu benar!" Ucap Pak Guru menyambut jawaban seorang muridnya.
"Air memang menyediakan kehidupan. Tapi, tidakkah kamu perhatikan, air cuma mengairi manusia-manusia di sekitar aliran sungai. Manusialah yang harus menjemput air. Bukan sebaliknya! "Tanggap Pak Guru begitu lugas.
Beberapa saat, suasana kelas hening.
"Cahaya, Pak Guru!" Ucap seorang murid yang lain. "Kenapa cahaya?" Tanya Pak Guru memancing. "Karena cahayalah kita bisa melihat. Bayangkan jika tanpa cahaya. Dunia akan gelap! "Jelas si murid begitu mantap.
"Kamu juga benar!" Jawab Pak Guru. "Tapi, tidakkah kamu perhatikan kalau saat istirahat manusia tak butuh cahaya. Ada saatnya cahaya bisa menemani. Ada saatnya tidak, "ungkap Pak Guru kian membuat suasana kelas lebih serius.
"Gimana? Ada yang ingin berpendapat? "Tanya Pak Guru memecah keheningan kelas yang mulai agak lama. Tapi, yang ditunggu tak juga muncul. Murid-murid tampak bingung.
Tiba-tiba, ada seorang murid mengacungkan jari. "Udara, Pak Guru!" Ucapnya begitu yakin. "Ya, saya lebih setuju pendapat itu!" Ucap Pak Guru memberikan respon positif. "Kenapa, Pak?" Tanya murid hampir bersamaan.
"Menurut saya," ucap Pak Guru sambil menatap murid-murid begitu serius. "Udara memberi kebaikan dengan mendatangi manusia. Bukan sebaliknya. Tanpa memamerkan diri, ia akan bersusah payah menyelinap di lubang sekecil jarum sekali pun, demi memenuhi kebutuhan manusia. Udara pula yang selalu menemani manusia, di mana dan kapan pun, "jelas Pak Guru begitu meyakinkan. Dan murid-murid pun mengangguk setuju.
** Dalam pentas kehidupan, selalu ada pegiat kebaikan. Mereka memberi tanpa pamrih. Mereka pun berlomba untuk bisa menjadi yang paling bermanfaat. Berusaha memberi dengan yang terbaik.
Namun, tidak semua yang baik adalah yang terbaik. Bercermin pada tiga makhluk Allah seperti air, cahaya, dan udara mungkin akan menambah nilai kebaikan. Bahwa, produk kebaikan harus mengejar, bukan dikejar.
Dan yang menarik, ia selalu bersama dengan yang membutuhkan, bahkan orang tak menganggap keberadaannya.Kalau saja pegiat kebaikan memahami tingkat udara, ia pasti tak akan berpuas diri cuma sebagai air atau cahaya.
"Menurutmu, benda apa di dunia ini yang paling baik bagi manusia?"
Murid-murid tampak berpikir keras. Ada yang tatapannya menyapu seisi kelas, seolah mencari sesuatu. Ada yang bisik-bisik dengan teman sebangku. Dan ada yang tetap diam.
"Air, Pak Guru!" Jawab seorang anak tiba-tiba. "Kamu benar!" Ucap Pak Guru menyambut jawaban seorang muridnya.
"Air memang menyediakan kehidupan. Tapi, tidakkah kamu perhatikan, air cuma mengairi manusia-manusia di sekitar aliran sungai. Manusialah yang harus menjemput air. Bukan sebaliknya! "Tanggap Pak Guru begitu lugas.
Beberapa saat, suasana kelas hening.
"Cahaya, Pak Guru!" Ucap seorang murid yang lain. "Kenapa cahaya?" Tanya Pak Guru memancing. "Karena cahayalah kita bisa melihat. Bayangkan jika tanpa cahaya. Dunia akan gelap! "Jelas si murid begitu mantap.
"Kamu juga benar!" Jawab Pak Guru. "Tapi, tidakkah kamu perhatikan kalau saat istirahat manusia tak butuh cahaya. Ada saatnya cahaya bisa menemani. Ada saatnya tidak, "ungkap Pak Guru kian membuat suasana kelas lebih serius.
"Gimana? Ada yang ingin berpendapat? "Tanya Pak Guru memecah keheningan kelas yang mulai agak lama. Tapi, yang ditunggu tak juga muncul. Murid-murid tampak bingung.
Tiba-tiba, ada seorang murid mengacungkan jari. "Udara, Pak Guru!" Ucapnya begitu yakin. "Ya, saya lebih setuju pendapat itu!" Ucap Pak Guru memberikan respon positif. "Kenapa, Pak?" Tanya murid hampir bersamaan.
"Menurut saya," ucap Pak Guru sambil menatap murid-murid begitu serius. "Udara memberi kebaikan dengan mendatangi manusia. Bukan sebaliknya. Tanpa memamerkan diri, ia akan bersusah payah menyelinap di lubang sekecil jarum sekali pun, demi memenuhi kebutuhan manusia. Udara pula yang selalu menemani manusia, di mana dan kapan pun, "jelas Pak Guru begitu meyakinkan. Dan murid-murid pun mengangguk setuju.
** Dalam pentas kehidupan, selalu ada pegiat kebaikan. Mereka memberi tanpa pamrih. Mereka pun berlomba untuk bisa menjadi yang paling bermanfaat. Berusaha memberi dengan yang terbaik.
Namun, tidak semua yang baik adalah yang terbaik. Bercermin pada tiga makhluk Allah seperti air, cahaya, dan udara mungkin akan menambah nilai kebaikan. Bahwa, produk kebaikan harus mengejar, bukan dikejar.
Dan yang menarik, ia selalu bersama dengan yang membutuhkan, bahkan orang tak menganggap keberadaannya.Kalau saja pegiat kebaikan memahami tingkat udara, ia pasti tak akan berpuas diri cuma sebagai air atau cahaya.
Belajar seperti udara biar bisa terbang ke mana-mana dan bermanfaat untuk banyak orang ya Mba. :D
ReplyDeleteSalam
iya mas,,,, hehehehe :)
Deleteudara yang banyak polusi sangat tidak kita sukai karena tidak baik dan merugikan kita,,,, jadi... udara segar dan bersih pastinya banyak disukai dan di cari, ya kan?
Deletesenang rasanya bisa bermanfaat bagi sesamanya ya mbak
ReplyDeleteUdara memberikan manfaat bagi kehidupan manusia
ReplyDeletejanganlah mencemari udara, buat udara tetap segar untuk kita hirup setiap hari..
tiap hari udara selalu dicemari....
DeleteUdara... mnarik filosofinya Mbak, begitu pentingnya udara buat kehidupan ini.. semoga bisa seperti itu Mbak..
ReplyDeletebagus juga ceritanya.. jadi pengen kayak udara,,, :)) tanpa diminta dia datang, memberikan manfaat buat kita, datang tak diundang pulang tak diantar.. :d
ReplyDeleteSering kali kita lupa syukur dengan hal ini ya mbak
ReplyDeletepenuh makna ya artikel yang mbak maya berikan tentang udara ini (h)
ReplyDeleteBelajar seperti udara,,membuat kita merasa ringan diri,tidak pernah mengeluh dan mengikuti kemana arah angin,,membawa kita,hehe :>)
ReplyDeleteuntunglah kita bisa mendapatkan udara dengan gratis dan tak terbatas ....
ReplyDeleteharus seperti itulah hidup, memberi kepada orang lain tanpa pamrih,,
ReplyDeletemending jadi diri sendiri :D
ReplyDeleteartikel penuh dengan makna sufi. udara datang tanpa diundang dan tanpa menampakan diri. tapi kehadirannya penuh arti.
ReplyDeleteartikel penuh dengan makna sufi. Teringat dengan lagunya ahmad dani, kau seperti udara.
ReplyDeleteBahwa, produk kebaikan harus mengejar, bukan dikejar.
ReplyDelete______________
Saya suka ungkapan ini. Salam sayang nih bt Maya.... x-)
Bermanfaat bagi orang lain, jadilah seperti udara
ReplyDeletebermanfaat bagi semua orang , is good .
ReplyDeleteperasaan ga ada udara bersusah payah menyelinap kesana kemari tanpa disedot :D :D
ReplyDeletesaya mau jadi seperti udara ...
ReplyDeleteudara yang memberi kehidupan gai kita memberi nafas untuk bisa hidup...
ReplyDeleteudara yang memberi kehidupan bagi kita serta memberi nafas untuk bisa hidup...
Deletesarat makna..
ReplyDeletesmoga bisa berbikir dan bertindak sampe pada batas sebagai udara...ada untuk semua
hmmm .. artikelnya bukan sembarang artikel nihhh karena ada masii ada makna yang tersembunyi :D
ReplyDeletejadilah seperti air :D
ReplyDeletejadi avatar gan hahaha :D
Cerita Dewasa
iya iya, bener juga, dia bermanfaat, tapi ngga pernah nunjukin diri,, lebih suka bermain di balik layar
ReplyDeletemakasih atas artikelnya http://bit.ly/2aoSuKS
ReplyDelete