Suasana saat sembahyang |
Festival tradisional Cina ini jatuh pada hari ke 104 setelah titik balik Matahari pada musim dingin (atau hari ke 15 dari hari persamaan panjang siang dan malam pada musim semi), pada umumnya jatuh pada tanggal 5 April, ini juga merupakan terminologi Matahari.
Festival ini juga diketahui dengan sejumlah nama lain diantaranya:
- Hari Semua Arwah
- Festival Ziarah Kubur
- Hari Peringatan Musim Semi
- Hari Menyapu Kuburan (Hari Pembersihan Pusara)
- Festival Bersih Terang adalah terjemahan yang paling umum dari 'QÄ«ngmÃng 清明'.
Untuk orang Tionghoa, Qing Ming merupakan suatu hari untuk mengingat dan menghormati nenek moyang. Setiap orang berdoa di depan nenek moyang, menyapu pusara dan bersembahyang dengan makanan, teh, arak, dupa, kertas sembahyang dan berbagai asesoris, sebagai persembahan kepada nenek moyang.
Festival ini sangat penting bagi kebanyakan orang Tionghoa, sama seperti Festival Kue Bulan,Festival Perahu Naga, dan festival dongzhi. Seperti biasa sejarah dari suatu festival mempunyai banyak versi, namun kali ini dunia maya hanya menghadirkan satu kisah saja.
Sejarah Festival Qingming
Menurut cerita rakyat, asal mula ziarah kubur atau Qing Ming Jie ini berawal dari zaman kekaisaran Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming (1368-1644 M). Zhu Yuanzhang awalnya berasal dari sebuah keluarga yang sangat miskin.
Karena itu dalam membesarkan dan mendidik Zhu Yuanzhang, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil. Ketika dewasa, Zhu Yuanzhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti Dinasti Yuan (Mongol).
Berkat kecakapannya, dalam waktu singkat ia telah mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut, untuk kemudian menaklukkan Dinasti Yuan (1271-1368 M), sampai akhirnya Beliau menjadi seorang kaisar. Setelah menjadi kaisar, Zhu Yuanzhang kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya.
Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtuanya, sebagai seorang kaisar, Zhu Yuan Zhang memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan. Selain itu, diperintahkan juga untuk menaruh kertas kuning di atas masing-masing makam, sebagai tanda makam telah dibersihkan.
Setelah semua rakyat selesai berizarah, kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibesihkan serta tidak diberi tanda. Kemudian kaisar menziarahi makam-makam tersebut dengan berasumsi bahwa di antara makam-makam tersebut pastilah merupakan makam orangtua, sanak keluarga, dan leluhurnya. Hal ini kemudian dijadikan tradisi untuk setiap tahunnya.
Demikian sejarah Festival Qingming....... ^__^
kue bulan nih menjanjikan banget kayaknya. sruuupphhh
ReplyDeletepesennya boleh di May kok, Pak... gratis ongkir...
Delete:) :)
Deletehah..gratis ongkos kirim...mauuu..
Delete:-b
Emg boleh May masuk sm motret-motret gitu?
ReplyDeletemotretnya diam-diam mas,,, g tahu ada yg merhatiin pa g,,, cuek aja,,,
Delete:))
cuek-cuek bebek angsa dikuali ya mbak
Deletedapat angpao juga gk Mbak :D
ReplyDeleteMenghormati leluhur ya...
ReplyDeleteLebih mengenal budaya tionghoa
dari gambar terihat banyak sekali yang antusia dengan festival qing ming 8-)
ReplyDeleteoooo...jadi hari menyapu kuburan yng pernah tetanggaku laksanain itu teh namanya sama dengan Qingming ya.
ReplyDeletepantesan meriah banget. :)
Dengan menghormati leluhur yang telah mendahului kita
ReplyDeleteitu sebuah tindakan yang menjaga warisan nenek moyang
dan para sepuh kita yah Mbak Maya. keren Festival Qing Ming nya Mbak Maya
kalau di makassar festival cheng beng ini ramai sekali.....ajang untuk menghormati para leluhur...keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
ReplyDeletebaru tau ternyata ada festival yang kayak gini, bagus infoya mbak menambah wawasan (y)
ReplyDeleteWah.. nambah 1 lg ilmu sejarah nih...
ReplyDeletekerja bersih2 itu indah, apalg ditambah keu bulan jd semangat dah kerjax *smile
ReplyDeleteitu ada mobile juga bisa dimakan tah :D
ReplyDeleteidenya oke juga ya ? menyuruh masyarakat untuk membersihkan makam leluhurnya masing-masing agar kaisar bisa menemukan makam orang tuanya.
ReplyDeleteFestival ini di indonesia ada apa tidak mbak. Soalnya saya baru tau mbak. Apakah saya yang katrok apa memang di indonesia nggak ada begitu. Hdhehehe
ReplyDeletekunjungan malam sob...kayak seru banget tu sob...
ReplyDeleteOh keturunan chinese toh, meriah sekali, budaya memang kental bagaikan lem yang melekat hehe.
ReplyDeleteKalau udah membudaya susah juga diubahnya. Kecuali atas kesadaran diri sendiri.
sepertinnya di indonesia kagak ada deh ya acara seperti ini, mungkin bersihin pusara menjelang puasa atau gk mlam takbiran.. seru ya mbk may tau tradisi daerah sana :D
ReplyDeleteLain daerah lain tradisi ya Mba, jadi kalau seperti ini kita bisa lebih tahu banyak mengenal tentang tradisi di kawasan lainnya.
ReplyDeleteSalam
banyak sekali tradisi untuk menghormati para leluhurnya ya mbak
ReplyDeleteEtnis Tionghoa memang kental sekali budayanya....
ReplyDeleteMakasi udah share :)
oh menarik sekali ya. budaya tionghoa memang unik. tak heran jika etnis tionghoa dengan kekuatan dan komitmen untuk menjaga tradisi leluhurnya, selalu dapat eksis untuk tinggal di mana saja.
ReplyDeleteKunjungan rutin Mbak Maya simak kembali Festival Qing Ming nya Mbak Maya :)
ReplyDeleterasanya masih asing di telinga saya bos, hehehe...
ReplyDeletekok bisa motret ya may, mantab deh, bagi dong buah nya ehhehe
ReplyDeletebaru tau saya
ReplyDeletemakasih atas artikelnya http://bit.ly/2aoSuKS
ReplyDelete